LAPORAN PENELITIAN
SD
Kutowinangun 01
Jl
Candisari No 01 Kelurahan Kutowinangun
Kecamatan
Tingkir Kota Salatiga
Disusun Sebagai Tugas Akhir Mata
Kuliah Strategi Pembelajaran JG 220
Dosen Pengampu : Stefanus C
Relmasira
Disusun Oleh :
1.
Suharlim 292010064
2.
Riana
Nugraeni 292010067
3.
Aulia
Rizqika R 292010068
4.
Duta
Dwi Sejati 292010076
5.
Dewi
Setianingsih 292010082
6.
Noviasih 292010089
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2012
Strategi Guru Mengajar dalam Pendidikan Berbasis Inquiry
Untuk
memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Strategi Pembelajaran ini, kelompok kami
mengambil sample di SD Kutowinangun 01 yang beralamat di Jl Candisari 01
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Kami memilih untuk mengamati proses
pembelajaran yang terjadi di kelas 5, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) dengan materi Proses Pembentukan Tanah.
Kami
mengamati proses pembelajaran yang terjadi selama 2 jam pelajaran (2x 35
menit). Pada saat pembelajaran berlangsung, kami merekam semua kegiatan
pembelajaran dari awal sampai akhir.
Pada
saat pembelajaran, pertama-tama guru mengulang kembali materi yang disampaikan
pada pertemuan sebelumnya mengenai batuan. Mulai dari guru memberi pertanyaan
tentang jenis-jenis batuan. Guru menanyakan macam-macam batuan, jenis-jenis pelapukan,
perbedaan pelapukan fisika, pelapukan biologi, dan pelapukan kimia, dan siswa
menjawab dengan baik pertanyaan guru.
Kemudian
guru menjelaskan materi yang akan dipelajari hari ini, yaitu mengidentifikasi
jenis-jenis tanah. Dalam pertemuan sebelumnya siswa diberi tugas untuk membawa
macam-macam tanah. Alat dan bahan yang digunakan untuk mengidentifikasi tanah,
seperti : tanah berpasir, tanah liat, tanah humus, tanah lempung, air, dan 4
buah mangkuk atau botol aqua bekas. Siswa diminta untuk berkelompok secara
homogen, kelompok perempuan sendiri dan kelompok laki-laki sendiri. Satu
kelompok terdiri atas 4-6 orang. Di dalam kelompok siswa mendiskusikan
ciri-ciri yang ditemukan siswa secara mandiri dalam percobaan mengidentifikasi
ciri-ciri tanah.
Saat
guru memberi tugas untuk berkelompok siswa langsung memberi respon untuk
bergabung dengan kelompoknya dengan aktif. Siswa dapat bekerjasama dengan teman
sekelompoknya. Mereka berbagi tugas secara adil. Masing-masing anak terlibat
secara langsung dalam proses pembelajaran. Mereka mengaduk-aduk tanah dan
memasukkannya ke dalam mangkuk yang telah disiapkan dari rumah dengan tangan
mereka sendiri, sehingga mereka bisa merasakan tekstur dari masing-masing tanah
yang telah dibawa.
Tanah
pasir teksturnya berupa butiran-butiran kecil yang kasar bila diraba. Tanah
humus berwarna hitam karena mengandung unsur hara yang berasal dari tumbuhan
yang membusuk. Tanah liat berwarna coklat dan teksturnya halus. Tanah lempung
berwarna coklat kekuningan dan mempunyai sifat yang sama dengan tanah liat.
Tanah berkapur tidak dimasukkan dalam percobaan karena di daerah Kutowinangun
tidak ada tanah yang berkapur. Disini guru mengambil percobaan yang ada hubungannya
dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Setelah
mengamati tekstur tanah yang masih kering (belum diberi air), mereka menuliskan
hasil pengamatannya dalam selembar kertas atau buku yang sudah disiapkan oleh
siswa sendiri. Kemudian siswa mencampurkan tanah dengan air. Mereka mengamati
apa yang terjadi pada tanah tersebut. Masing-masing tanah mempunyai sifat dan
ciri yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
Tanah
pasir jika diberi air, maka akan cepat meresap air. Tanah humus jika di beri
air, juga cepat meresap air. Lain halnya dengan tanah lempung dan tanah liat.
Kedua jenis tanah ini sulit dilalui air. Tetapi apabila tanah ini basah, maka
sifatnya sangat elastis dan mudah dibentuk.
Dalam
proses pembelajaran, peran guru juga sangat terlihat. Guru sebagai fasilitator
dan motivator. Saat siswa bekerja dalam kelompok, guru membimbing siswa untuk
melakukan kegiatan percobaan dengan benar. Ada kelompok yang dalam memberikan air ke
dalam tanah itu kurang banyak sehingga sulit untuk mengidentifikasi ciri tanah
tersebut (tanah pasir). Guru dengan sabar membimbing siswa untuk memberikan
tambahan air agar tanah dapat diidentifikasi cirinya. Guru dalam memfasilitasi
siswa, dengan memberikan pengarahan dalam pengamatan. Dalam proses pengamatan
itu guru mengamati cara kerja siswa, diam-diam guru melakukan penilaian afektif
dan psikomotor. Hasil pengamatan dan percobaan siswa ditulis pada selembar
kertas. Guru memberi sedikit waktu kepada siswa untuk menyelesaikan laporan
pengamatan dan kemudian dikumpulkan pada guru.
Dalam
kegiatan akhir guru memberikan evaluasi berupa soal uraian sebanyak 5 soal.
Evaluasi ini bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan mengajar guru, serta mengetahui ketercapaian kompetensi
dasar yang diajarkan. Kelima soal tersebut berisi tentang pembelajaran yang
telah disampaikan oleh guru dan percobaan yang dilakukan oleh siswa.
Mengkritisi Model Pembelajaran
dan Strategi yang dilakukan oleh guru
Saat
proses pembelajaran guru menggunakan model group investigation. Dalam model
pembelajaran ini guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok
terdiri 5-6 siswa. Model pembelajaran group investigation juga memiliki
kekurangan dan kelebihan dalam proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Kelebihan-kelebihan
dalam model pembelajaran group investigation yaitu:
·
Melatih peserta didik untuk mendesain
suatu penemuan
·
Melatih berpikir dan bertindak kreatif
·
Dapat memecahkan masalah yang dihadapi
secara realistis
·
Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
·
Menafsirkan dan mengevaluasi hasil
pengamatan
·
Merangsang perkembangan kemajuan
berpikir peserta didik untuk menghadap masalah yang dihadapi secara tepat[1]
Selain
kelebihan yang dipaparkan tersebut, pembelajaran group investigation ini juga
memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan-kekurangan tersebut yaitu :
·
Membutuhkan keaktifan anggota kelompok
dalam melakukan penyelidikan atau investigasi. Jika seluruh anggota kelompok
pasif, maka akan menyulitkan mereka dalam melakukan kegiatan investigasi.
Beberapa
ciri esensial investigasi kelompok sebagai model pembelajaran :
·
Peserta didik bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil dan memiliki independensi ( mengakui keahlian
profesional ) terhadap guru.
·
Kegiatan-kegiatan peserta didik terfokus
pada upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan.
·
Kegiatan belajar peserta didik akan
selalu mempersyaratkan mereka untuk mengumpulkan sejumlah data,
menganalisisnya, dan mencapai beberapa kesimpulan.
·
Hasil-hasil dari penelitian peserta
didik dipertukarkan di antara seluruh peserta didik[2].
Adapun
prinsip-prinsip dalam pembelajaran group investigation, antara lain:
·
Menguasai kemampuan kelompok. Kesuksesan
implementasi dari group investigation sebelumnya menuntut pelatihan dalam
kemampuan komunikasi dan sosial.
·
Perencanaan kooperatif. Anggota kelompok
mengambil bagian daam merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek
mereka. Bersama mereka menentukan apa yang mereka ingin investigasikan
sehubungan dengan upaya mereka menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, sumber
apa yang mereka butuhkan, siapa melakukan apa, dan bagaimana mereka akan
menampilkan proyek mereka yang sudah selesai di hadapan kelas.
·
Peran guru. Di dalam kelas yang
melaksanakan proyek group investigation, guru bertindak sebagai narasumber dan
fasilitator. Guru tersebut berkeliling di antara kelompok¬kelompok yang ada,
untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya, dan membantu tiap kesulitan
yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja
terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran[3].
Setelah
kita mengamati proses pembelajaran dari awal hingga akhir sudah sesuai dengan
ciri-ciri esensial model pembeajaran group investigation. Siswa mampu
bekerjasama dengan kelompok, siswa (berkelompok) mampu mengidentifikasi
ciri-ciri tanah secara mandiri.
Kekurangan
dari pembelajaran yang dilakukan saat itu adalah tidak ada buku yang keluar
atau tidak menggunakan buku paket panduan dalam proses pembelajaran. Dalam
kegiatan awal, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan akan bereaksi
ketika guru memberikan pertanyaan. Padahal siswa adalah individu yang berbeda
dan tidak semua siswa itu cara belajarnya adalah audio (mendengarkan).
Tetapi
saat diskusi kelompok, siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa mau bekerjasama dengan temannya untuk mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru. Proses pembelajaran dengan model group investigation sangat tampak
pada saat siswa mengamati dan memegang tanah dengan tangan sendiri. Siswa bisa
mencari ciri dari masing-masing tanah yang diamati dan merasakan teksturnya.
KESIMPULAN
Dari
penelitian yang kami lakukan di SD Kutowinangun 01, dapat diperoleh kesimpulan
bahwa strategi yang digunakan guru dalam mengajar, sangat mempengaruhi pada
aktivitas belajar mengajar di kelas. Sebelum guru melakukan kegiatan mengajar,
maka guru harus mempersiapkan materi yang akan diajarkan kepada siswa secara
matang agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar.
Menurut
kelompok kami, pembelajaran yang dilakukan guru sudah cukup bagus karena dalam
kegiatan inti, guru berusaha menggali kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
sendiri tapi dengan bimbingan dari guru. Jadi siswa bisa terlibat langsung dan
membuktikan ciri dari masing-masing tanah melalui kegiatan pengamatan
berkelompok. Siswa tidak hanya mengandalkan guru untuk memberitahu apa yang
belum diketahui (guru sebagai sumber belajar) tetapi siswa berusaha menemukan
tekstur dari masing-masing tanah setelah memegang tanah dengan tangannya
sendiri. Disini pembelajaran tidak hanya menggunakan indera penglihatan dan
indera pendengaran, indera peraba/ kulit juga berperan dalam menentukan tekstur
tanah.
Meskipun
begitu guru tetap membimbing setiap kelompok dalam melakukan kegiatan tersebut.
Guru meluruskan kesalahan siswa saat melakukan percobaan, sehingga meskipun
siswa melakukan percobaan secara mandiri guru tetap berperan sebagai
fasilitator. Guru mencoba memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa
untuk menemukan ciri-ciri jenis tanah. Hal ini merupakan cara guru untuk
memberikan pendidikan kecakapan untuk hidup yaitu environmental skills education.
Environmental skills
education adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan
kepada anak didik agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog secara baik
dengan lingkungan alam sekitarnya. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran
tersebut siswa juga mendapat pendidikan kecakapan untuk bermasyarakat (social skills) yaitu kecakapan untuk
menguasai cara berhubungan dan cara berdialog dengan orang lain. Hal ini
ditunjukkan dengan diskusi kelompok yang melatih siswa dalam menyampaikan
pendapat dan menghargai pendapat orang lain.
Daftar
Pustaka :
-
Buku Ajar Strategi Pembelajaran JG220
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
-
Haryanto.2004.Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V.Jakarta:Erlangga.
[1] Amin Suyitno, Pemilihan
Model-Model Pembelajran dan Penerapannya di SMP, (Semarang: UNNES, 2006), hlm.
2.
[2] Trianto Amin Suyitno, Pemilihan Model-Model
Pembelajran dan Penerapannya di SMP, (Semarang: UNNES, 2006), hlm. 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar