BELAJAR
A. PENGERTIAN
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat
didefinisikan sebagai berikut :
“Belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian
belajar sebagai berikut :
§
Perubahan terjadi secara sadar
§
Perubahan dalam belajar bersifat kontinu
dan fungsional
§
Perubahan dalam belajar bersifat positif
dan aktif
§
Perubahan dalam belajar bukan bersifat
sementara
§
Perubahan dalam belajar bertujuan atau
terarah
§
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah
laku
B.
JENIS-JENIS
BELAJAR
·
Belajar bagian (part learning,
fractioned learning)
·
Belajar dengan wawasan (learning by
insight)
·
Belajar diskriminatif (discriminatif
learning)
·
Belajar global/keseluruhan (global whole
learning)
·
Belajar insidental (incidental learning)
·
Belajar instrumental (instrumental learning)
·
Belajar intensional (intentional
learning)
·
Belajar laten (latent learning)
·
Belajar mental (mental learning)
·
Belajar produktif (productive learning)
·
Belajar verbal (verbal learning)
C.
TEORI
BELAJAR
Ada berbagai macam teori belajar, seperti teori
belajar yang mendasarkan pada ilmu jiwa daya, tanggapan, asosiasi, trial &
error, Medan, Gestalt, Behaviorist dan masih bannyak lagi yang lainnya. Namun
yang akan dibahas hanya teori-teori belajar yang relevan dengan kebutuhan kita,
seperti :
1.
Teori
Gestalt (Koffka dan Kohler dari Jerman)
Hukum
dalam pengamatan sama dengan hukum dalam belajar, yaitu :
a)
Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi
jumlah unsur-unsurnya.
b)
Gestalt timbul lebih dahulu daripada
bagian-bagiannya.
Sehingga
hal-hal penting dalam belajar adalah adanya pennyesuaian pertama yaitu memperoleh
response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Dalam belajar
jangan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau
memperoleh insight. Sifat-sifat belajar dengan insight adalah :
·
Insight tergantung dari kemampuan dasar
·
Insight tergantung dari pengalaman masa
lampau yang relevan
·
Insight hanya timbul apabila situasi
belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati
·
Insight adalah hal yang harus dicari,
tidak dapat dicari, tidak dapat jatuh dari langit
·
Belajar dengan insigt dapat diulangi
·
Insight sekali didapat dapat digunakan
untuk menghadapi situasi-situasi yang baru
Prinsip belajar menurut
teori Gestalt :
v Belajar
berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha
menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Mata
pelajaran yang masih utuh akan lebih mudah dimengerti daripada
bagian-bagiannya.
v Belajar
adalah suatu proses perkembangan
Apabila anak sudah
matang untuk menerima bahan pelajaran, maka ia baru dapat mempelajari dan
merencanakannya. Kesediaan memepelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh
kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan karena lingkungan dan
pengalaman.
v Siswa
sebagai organisme keseluruhan
Bukan
hanya intelektualnya saja yang dipelajari oleh siswa, namun emosional dan
jasmaninya juga. Dalam sistem mengajar modern saat ini guru tidak hanya
mengajar, tapi juga mendidik siswa untuk membentuk pribadi siswa.
v Terjadi
transfer
Belajar
pada pokoknya yang terpenting pada penyesuaian pertama ialah memperoleh response
yang tepat. Mudah atau sukarnya problem itu terutama adalah masalah pengamatan,
bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai betul-betul maka dapat dipindahkan
untuk kemampuan yang lain.
v Belajar
adalah reorganisasi pengalaman
Pengalaman adalah suatu
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Belajar itu baru akan timbul
bila seseorang menemui suatu situasi/soal baru. Saat menghadapi hal seperti itu
ia akan menggunakan segala pengalaman yang telah dimiliki dan mengadakan
analisis reorganisasi atas pengalamannya.
v Belajar
harus dengan insight
Insight adalah suatu
saat dalam proses belajar dimana seseorang melihat pengertian tentang
sangkut-paut dab hubungan-hubungan tertentu dalan unsur yang mengandunga suatu
problem.
v Belajar
lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa.
Itu
dapat terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan siswa dalam
kehidupan sehari-hari. Di sekolah progresif, siswa diajak membicarakan tentang
proyek/unit agar tahu tujuan yang akan dicapai dan yakin akan manfaatnya.
v Belajar
berlangsung terus-menerus
Siswa
memperoleh pengetahuan tak hanya di sekolah tetapi jiga di luar sekolah, dalam
pergaulan; memperoleh pengalaman sendiri-sendiri, karena itu sekolah harus
bekerja sama dengan orang tua di rumah dan masyarakat, agar semua turut serta
membantu perkembangan siswa secara harmonis.
2.
Teori
Belajar Menurut J. Bruner
Menurut
Bruner belajar bukan untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk
mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat lebih
banyak dan mudah. Bruner berpendapat alangkah baiknya bila sekolah dapat
menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan
kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Di dalam proses belajar Bruner
mementingkan partisipasi aktif dari para siswa dalam mengenal dengan baik
adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan
yang dinamakan “discovery learning
environment”, adalah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi,
penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan
yang sudah diketahui. Dalam tiap lingkungan selalu ada bernacam-macam
masalah-masalah, hubungan-hubungan dan hambatan yang dihayati oleh siswa secara
berbeda-beda pada usia yang berbeda pula. Dalam lingkungan banyak hal yang baru
dipelajari siswa, hal mana dapat digolongkan menjadi :
a)
Enactive : seperti belajar naik sepeda, yang harus
didahului dengan bermacam-macam keterampilan motorik.
b)
Iconic : seperti mengenal jalan yang menuju ke
pasar, mengingat dimana bukunya yang penting dilakukan.
c)
Symbolic : seperti menggunakan kata-kata, menggunakan
formula.
Dalam belajar guru
perlu memperhatikan 4 hal berikut ini :
1)
Mengusahakan agar setiap siswa dapat
berpartisipasi aktif, minatnya perlu ditingkatkan, kemudian perlu diimbangi
untuk mencapai tujuan tertentu.
2)
Menganalisis struktur materi yang akan
diajarkan dan juga perlu disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti
oleh siswa.
3)
Menganalisis sequence. Guru mengajar, berarti membimbing siswa melalui urutan
pertanyaan-pertanyaan dari suatu masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian
dan dapat mentransfer apa yang sedang dipelajari.
4)
Memberi reiforcement dan umpan balik (feed-back).
Penguatan yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa ia menemukan
jawabnya.
3.
Teori
Belajar dari Piaget
Pendapat Piaget
mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah :
1)
Anak mempunyai struktur mental yang
berbeda dengan orang dewasa. Mereka mempunyai cara yang khas untuk menyatakan
kenyataan dan untuk mengkhayati dunia sekitarnya, maka memerlukan pelayanan
tersendiri dalam belajar.
2)
Perkembangan mental pada anak melalui
tahap-tahap tertentu, menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.
3)
Walaupun berlangsungnya tahap-tahap
perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu untuk
berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap
anak.
4)
Perkembangan mental anak dipengarui oleh
4 faktor, yaitu :
a. Kemasakan
b. Pengalaman
c. Interaksi
sosial
d. Equilibration
(proses dari ketiga faktor di atas bersama-sama untuk membangun dan memperbaiki
struktur mental)
5)
Ada 3 tahap perkembangan, yaitu :
a. Berpikir
secara intuitif tahun
b. Beroperasi
secara konkret tahun
c. Beroperasi
secara formal tahun
4.
Teori
dari R. Gagne
Terhadap
masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu :
1.
Belajar ialah suatu proses untuk
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
2.
Belajar adalah penguasaan pengetahuan
atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Pada
masa bayi manusia mengadakan interaksi dengan lingkungan dalam bentuk “sensori-motor coordination”, kemudian
mulai belajar berbicara dan menggunakan bahasa. Kesanggupan dalam penggunaan
bahasa sangat penting artinya untuk belajar.
Tugas
pertama yang dilakukan anak adalah meneruskan “sosialisasi” dengan anak lain
satau orang dewasa tanpa pertentangan bahkan untuk membantu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan keramahan dan konsiderasi pada anak ini.
Pada
tahap kedua adalah belajar menggunakan simbol-simbol yang menyatakan keadaan
sekelilingnya, seperti : gambar, huruf, angka, diagram dan sebagainya. Ini
adalah tugas intelektual (membaca, menulis, berhitung dan sebagainya).
Gagne
mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi
menjadi 5 kategori, yang disebut “The
domains of learning” yaitu :
a)
Keterampilan motoris (motor skill)
Dalam hal ini perlu
koordinasi dari berbagai gerakan badan. Misalnnya melempar bola, main tenis,
mengemudi mobil, mengetik huruf R.M dan sebagainya.
b)
Informasi verbal
Orang dapat menjelaskan
sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar; dalam hal ini dapat dimengerti
bahwa untuk mengatakan sesuatu ini perlu inteligensi.
c)
Kemampuan intelektual
Manusia mengadakan
interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol-simbol. Misalnya
membedakan huruf m dan n, menyebutkan tanaman yang sejenis.
d)
Strategi kognitif
Merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal organized skill) yang perlu
untuk belajar mengingat dan berpikir. Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan
intelektual, karena ditunjukkan ke dunia luar dan tidak dapat dipelajari hanya
dengan berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan-perbaikan secara
terus-menerus.
e)
Sikap
Kemampuan ini tidak
dapat dipelajari dengan berulang-ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi
oleh hubungan verbal seperti halnya domain
yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar, tanpa kemampuan ini belajar
tidak akan berhasil dengan baik.
5.
Purposeful
Learning
Purposeful Learning
adalah belajar yang dilakukan dengan sadar untuk mencapai tujuan yang :
v Dilakukan
siswa sendiri tanpa perintah atau bimbingan orang lain (Purposeful Learning oleh siswa sendiri).
Urutan
purposeful learning tanpa bimbingan :
a. Memperhatikan
situasi belajar
b. Menetapkan
tujuan, mengarahkan perhatian dan kegiatan kepada pencapaian tujuan
c. Mengadakan
usaha-usaha pendahuluan yang mencakup berpikir dalam hubungan dengan
tugas-tugas di dalam bidang kognitif, psikomotor, dan afektif.
d. Latihan
untuk memperoleh kecakapan dan untuk mencapai tujuan.
e.
Mengevaluasi tingkah laku sendiri.
f.
Mencapai tujuan atau
Tidak mencapai tujuan
g. Menggunakan
pengetahuan dan kecakapan yang lebih tinggi tingkatnya (daripada sebelum belajar)
di dalam situasi lain
|
Mengalami kepuasan
Mengubah tujuan, mengubah respons, atau mengundurkan diri.
|
Penjelasan tiap tahap :
a.
Seseorang mengalami/menyadari kebutuhan,
keinginan atau perasaan tertentu dan memperhatikan situasi tersebut.
b.
Sambil memperhatikan situasi tersebut dan
mempertimbangkan motivasi, seseorang melihat/memikirkan bagaimana kebutuhannya
dapat dipenuhi dan menetapkan tujuan.
c.
Sambil memperhatikan situasi tersebut
seseorang mengadakan aksplorasi, sebagai persiapan untuk menetapkan tujuan.
Setelah tujuan ditetapkan, kemauan atau keinginan untuk mencapainya membentuk
daya pendorong. Tujuan tersebut terletak dalam berbagai bidang kecakapan yaitu
kognitif, psikomotor atau afektif.
d.
Percobaan pendahuluan tersebut dapat mengakibatkan
perumusan kembali tujuan (mempertinggi atau memperendah tujuan). Untuk mencapai
tujuan tersebut perlu dilakukan latihan/kegiatan-kegiatan.
e.
Individu menilai kegiatannya.
Penilaian dimulai sejak
tahap permulaan, tapi pada tahap ke-5 ini penilaian dilakukan untuk mengetahui
tujuan yang telah tercapai.
f.
Tujuan tercapai menimbulkan kepuasan.
Tujuan tak tercapai
mengakibatkan mengubah tujuan.
v Dilakukan
siswa dengan bimbingan orang lain di dalam situasi belajar-mengajar di sekolah (Belajar-bertujuan di dalam situasi sekolah).
Tingkat-tingkat
belajar-bertujuan dengan bimbingan :
Aktivitas
Siswa
|
Aktivitas
Guru
|
a.
Memperhatikan situasi belajar.
|
a.
Memanipulasi materi, kegiatan dan unsur-unsur,
aspek-aspek yang lain dalam situasi untuk menjamin dan menguasai perhatian
siswa.
|
b.
Menetapkan tujuan mengarahkan perhatian
dan kegiatan kepada tercapainya tujuan.
|
b.
Membantu siswa dalam menetapkan tujuan
dengan jalan mendiskusikan tujuan pengajaran, tugas-tugas yang harus
dikerjakan, dan sebagainya.
|
c.
Mengadakan percobaan (usaha) dalam
bidang : kognitif, psikomotor dan afektif.
|
c.
Menyediakan sumber-sumber pengajaran,
misalnya : bahan-bahan dan perlengkapan dan memberikan bimbingan kepada siswa
untuk menggunakan sumber tersebut.
|
d.
Latihan/praktek untuk memperoleh
kecakapan dan untuk mencapai tujuan.
|
d.
Mengatur latihan, studi, diskusi,
laboratorium dan kegiatan-kegiatan lain. Memberi semangat kepada siswa agar
tekun dalam usaha mencapai tujuan.
Memberi
bimbingan kepada siswa dalam memeperoleh pengetahuan dan dalam mengembangkan
kecakapan yang lebih tinggi tingkatnya dan tingkah laku pro-sosial dan
memperhatikan perbedaan individu siswa.
|
e.
Menilai tingkah laku sendiri.
|
e.
Menilai kemajuan siswa, membetulkan
kesalahan-kesalahan, memperkuat apa yang telah baik (reinforce), misalnya dengan memuji, memberikan persetujuan. Dan
Memberi
kesempatan untuk mengadakan review
dan latihan-latihan tambahan dimana perlu.
|
f.
Mencapai tujuan.
|
f.
Mengadakan evaluasi sumatif untuk
memperoleh pengetahuan tentang seberapa jauh tujuan telah tercapai.
|
g.
Memperoleh kepuasan.
|
g.
Menciptakan kondisi yang memunngkinkan
penggunaan pengetahuan, keterampilan dan kecakapan sekarang dalam
kegiatan-kegiatan lain, dan dalam situasi di luar sekolah.
|
Penjelasan
tiap langkah :
a. Memperhatikan
tugas yang akan dipelajari adalah penting dalam memulai tahap (urutan) kegiatan
belajar. Pada waktu mengintroduksi pelajaran (atau unit), guru menarik
perjatian siswa. Guru menuntut siswa menggunakan lebih dari satu indera.
b. Penetapan
tujuan itu penting untuk memulai dan mengarahkan kegiatan. Diskusi dalam
keseluruhan kelas, diskusi dalam kelompok kecil, dan pertemuan-pertemuan individual
digunakan untuk membantu siswa secara individual menetapkan tujuan.
c.
- berusaha
mencapai tujuan mencakup interaksi dengan orang-orang dan materi yang cocok
untuk mencapai tujuan tersebut dan cocok untuk mencapai tujuan tersebut dan
cocok dengan sifat-sifat siswa.
-
Mengenal dan mengorganosasi komponen
secara berurutan adalah penting untuk mencapai tujuan
d.
- latihan
(praktek) yang dilakukan dalam kondisi-kondisi tertentu (yang baik) adalah
penting untuk mencapai tujuan dan untuk meningkatkan pekerjaan dalam kebanyakan
bidang studi.
-
Belajar yang sesuai dengan kecakapan
sendiri, cara sendiri, dan sifat-sifat sendiri yang lain bermanfaat untuk
pencapaian tujuan belajar/untuk belajar yang lain pada umumnya. Ada 2 untuk
membantu siswa agar belajar sesuai dengan keadaan individual tiap siswa.
1. Siswa
dikelompokkan sesuai dengan tujuan yang mau dicapai dan berdasarkan sifat-sifat
siswa tersebut.
2. Materi,
perlengkapan, ruang diatur secara fleksibel untuk memungkinkan belajar secara
independen agar siswa dapat belajar sesuai dengan tempo dan caranya sendiri.
e.
Menilai pekerjaan sendiri adalah penting
dalam mengembangkan keberdirisendirian dalam belajar dan dalam mencapai tujuan.
Juga kalau penilaian itu dilakukan guru.
f.
Pengembangaan kecakapan yang mantap dan
pengetahuan yang komprehensif menuntut pengalaman belajar yang produktif selama
waktu yang cukup lama.
g.
Penerapan pada situasi-situasi baru
konsep-konsep, prinsip-prinsip, keterampilan-keterampilan dan hasil-hasil
belajar lain yang baru diperoleh akan meningkatkan kemantapan penguasaannya.
6.
Belajar
dengan Jalan Mengamati dan Meniru (Observational
Learning and Imitation)
Menurut
Bandura dan Walters, tingkah laku baru dikuasai atau dipelajari mula-mula
dengan mengamati dan meniru suatu model/contoh/teladan.
a.
Model
yang ditiru.
Model yang diamati dan
ditiru siswa dapat digolongkan menjadi :
v Kehidupan
yang nyata
v Simbolik
v Representasional
b.
Pengaruh
meniru
Menurut Bandura dan
Walters, penguasaan tingkah laku atau response baru, pertama-tama adalah hasil
dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu yang bersamaan (kontiguitas)
yang diamati. Kuat lemah response itu bergantung pada penguatan. Proses
tersebut akan lebih jelas dengan memperhatikan 3 macam pengaruh yang berbeda
dari pengamatan (observasi) dan peniruan.
v Modeling
effect
Dengan jalan mengamati
dan meniru, siswa menghubungkan tingkah laku dari model dengan response yang baru bagi dirinya,
response yang pertama kali dilakukannya.
v Disinhibitory
effect
Dengan mengamati dan
meniru suatu model, seorang siswa dapat memperlemah atau memperkuat
response-response terlarang yang telah dimiliki.
v Eliciting
effect
Dengan mengamati dan
meniru suatu model, siswa menghubungkan tingkah laku dari model dengan
response-response yang telah dimilikinya.
7.
Beberapa
Faktor yang Mempengaruhi Peniruan
·
Konsekeunsi dari response yang dilakukan
(hadiah dan hukuman, pengaruh hukuman tidak mudah diramalkan seperti pengaruh
hadiah)
·
Sifat-sifat siswa
Siswa yang suka meniru
biasanya adalah yang :
-
Mempunyai rasa kurang harga diri
-
Kurang kemampuannya
-
Mereka mempunyai sifat-sifat yang sama
seperti dalam model
-
Berada dalam suasana perasaan tertentu
karena tekanan dari luar atau karena obat (drugs)
8.
Melupakan
Response yang Ditiru
Bandura dan Walters
lebih tertarik perhatiannya pada peniadaan tingkah laku yang tak baik daripada
memperlemah tingkah laku yang baik. Beberapa cara untuk meniadakan response itu
adalah :
·
Tidak memberi hadiah atas suatu response
·
Menghilangkan penguat yang positif
·
Menggunakan perangsang yang tak
menyenangkan, misalnya hukuman
·
Belajar berkondisi
9.
Penerapannya
di sekolah
·
Tingkah laku sosial dapat dipelajari
dengan jalan mengamati dan meniru.
·
Tingkah laku psikomotor dapat juga
dipelajari dengan jalan mengamati dan meniru.
·
Perkembangan keterampilan vokal, misalnya
berbicara, menyanyi, dapat dibantu oleh adanya model
10.
Belajar
yang Bermakna (Meaningful Learning)
a.
Tipe-tipe
Belajar
Ada
2 dimensi dalam tipe-tipe belajar, yaitu :
-
Dimensi menerima (reception
learning) dan menemukan (dicovery
learning)
-
Dimensi menghafal (rote learning) dan belajar bermakna (meaningful learning)
Kalau
dua dimensi itu digabung, akan kita peroleh empat macam belajar (Ausubel & Robinson) yaitu
:
§ Meaningful reception
§ Rote reception
§ Meaningful discovery
§ Rote discovery
b.
Struktur
dan Proses Internal
Menurut
Ausubel dan Robinson, struktur kognitif itu bersifat piramidal. Proses
mengintegrasikan informasi atau ide baru ke dalam struktur kognitif yang telah
ada disebut subsumsi. Ada dua macam subsumsi, yaitu :
v Subsumsi
derivatif
Bila informasi atau ide
baru adalah kasus khusus yang membantu atau menerangkan ide yang telah
dipunyai, maka proses menghubungkan keduanya sehingga terjadi belajar, disebut
subsumsi derivatif.
v Subsumsi
korelatif
Bila ide (informasi,
konsep dan sebagainya) yang baru mengubah ide (informasi, konsep dan
sebagainya) yang telah dipunyai, maka proses menghubungkan keduanya disebut
subsumsi korelatif.
c.
Variabel-variabel
di dalam belajar bermakna
Macam-macam variabel
struktur kognitif adalah :
§
Pengetahuan yang telah dimiliki
Bagaimana bahan baru
dapat dipelajari dengan baik, bergantung pada apa yang telah diketahui.
§
Diskriminabilitas
Konsep-konsep baru yang
dapat dibedakan dengan jelas dengan apa yang telah dipelajari, mudah dipelajari
dan dikuasai.
§
Kemantapan dan kejelasan
Konsep-konsep yang
mantap dan jelas ada di dalam strujtur kognitif memudahkan belajar dan retensi.
Untuk memudahkan kemantapan dan kejelasan konsep itu perlu latihan. Ada dua
macam latihan : distributed practice dan
massed practice.
d.
Motivasi
dan belajar bermakna
Morif keberhasilan
terdiri dari 3 komponen :
·
Dorongan kognitif
Termasuk dalam dorongan
kognitif adalah kebutuhan untuk mengetahui, untuk mengerti dan untuk memecahkan
masalah. Dorongan kognitif timbul di dalam proses interaksi antara siswa dengan
tugas/masalah.
·
Harga diri
Ada siswa yang tekun
belajar melaksanakan tugas-tugas bukan terutama untuk memperoleh pengetahuan
atau kecakapan, meainkan untuk memperoleh status dan harga diri.
·
Kebutuhan berafiliasi
Kebutuhan berafiliasi
sukar dipisahkan dari harga diri. Ada siswa yang berusaha menguasai bahan
pelajaran atau belajar dengan giat untuk memperoleh pembenaran/penerimaan dari
teman-temannya atau orang lain yang dapat memberikan status kepadanya.
e.
Penerapannya
di sekolah
Bagi seorang (calon) guru dan
pembimbing perlu sekali mendalami teori-teori belajar ini agar dapat menerapkan
dalam tugasnya waktu mengadakan interaksi belajar mengajar/membimbing.
Juga guru diharapkan harus dapat
menciptakan kondisi-kondisi dimana memungkinkan siswa dapat belajar dengan
efektif dan dapat mengembangkan daya eksplorasinya.
MENGAJAR
A. PENGERTIAN
1.
Definisi
yang lama : mengajar adalah penyerahan kebudayaan
berupa pengalaman-pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita. Atau usaha
mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi berikut sebagai generasi
penerus.
2.
Definisi
dari DeQueliy dan Gazali : mengajar adalah menanamkan pengetahuan
pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat.
3.
Definisi
yang modern di negara-negara yang sudah maju : mengajar
adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Definisi ini menunjukkan
bahwa yang aktif adalah siswa, yang mengalami proses belajar. Sedangkan guru
hanya membimbing, menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa.
Kesempatan untuk berbuat dan aktif berpikir lebih banyak diberikan kepada
siswa, daripada teori yang lain. Hal ini terjadi di sekolah-sekolah.
a.
Sistem Maria Montessori (Italia
1879-1952)
Pendidik
harus menelliti dan memperhitungkan “masa peka” setiap anak/siswa sehingga
dapat memberikan pendidikan yang tepat sesuai dengan fungsi kewajiban
anak/siswa yang sedang berkembang dengan
hebat pada saat itu.
4.
Sistem Dalton, yang diciptakan oleh Miss
Hellen Parkhurst (USA 1904) yang menekankan hasil belajar pada “tempo
perkembangan” anak/siswa. Anak/siswa memiliki kemampuan, kecakapan dan tempo
perkembangan sendiri-sendiri.
5.
Kilpatrik,
menunjukkan
definisi mengajar yang jelas tegas, dengan dasar pemikiran pada gambaran
perjuangan hidup umat manusia. Definisi Kilpatrik tersebut ialah dengan
menggunakan metode-metode “problem
solving” anak, siswa dapat mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya.
Selama siswa bersekolah, sejak usia muda harus sudah dilatih memecahkan
kesulitan yang dihadapi dalam hidupnya, sehingga kecakapan guru mengajrialah :
bagaimana usaha guru menempatkan anak/siswa untuk menghadapi kesulitan dan
berusaha memecahkannya atau mencari jalan keluar. Dalam hal ini seni mengajar
adalah mencari keadaan atau situasi yang mengandung problem, kemudian siswa
harus menghadapi masalah itu untuk dapat memecahkan atau mengatasinya. Jelas di
sini tugas guru lebih berat dan sulit daripada guru yang malas-malasan, yang
menyeluruh siswa mencatat dan menghafalkan bahan pelajaran, hingga siswa tidak
berpikir dan tidak berbuat sesuatu.
Metode
mengajar “problem solving” ini digunakan di negara-negara yang telah maju.
Hasilnya, pada siswa ditanamkan tingkat-tingkat berpikir sebagai berikut :
·
Melihat adanya beberapa problem
·
Mencari kemungkinan atau
alternatif-alternatif
·
Mempertimbangkan alternatif-alternatif
·
Menentukan salah satu alternatif yang
baik
·
Melaksanakan alternatif yang sudah
ditentukan
6.
Alvin
W. Howard, memberikan definisi mengajar yang lebih lengkap. Pendapat Alvin
“Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang
untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge”.
Dalam
pengertian ini guru harus berusaha membawa perubahan tingkah laku yang baik
atau berkecenderungan langsung untuk mengubah tingkah laku siswanya. Itu suatu
bukti bahwa guru harus memutuskan membuat atau merumuskan tujuan.
7.
A.
Morrison D.Mc. Intyre, memberikan definisi mengajar adalah
aktivitas personal yang unik. Dalam mengajar dapat membuat
kesimpulan-kesimpulan umum yang tidak berguna, keberhasilan dan kejatuhannya
samar-samar, dan sukar diketahui juga berlangsungnya teknik belajar yang tidak
tepat untuk dijelaskan. Kemungkinan lain yang dapat diamati ialah memberikan
model teori dan teknik asesmen yang sesuai dan banyak aspek mengajar yang
dilukiskan dengan cara yang dibimbing oleh hal-hal yang praktis, pribadi guru
banyak berbicara.
8.
John
R. Pancella, pendapatnya tentang mengajar adalah
sebagai berikut : Mengajar dapat dilukiskan sebagai membuat keputusan (decision making) dalam interaksi, dan
hasil dari keputusan guru adalah jawaban siswa atau sekelompok siswa, kepada
siapa guru berinteraksi.
Tanggung jawab guru
meliputi :
·
Memberikan bantuan kepada siswa dengan
menceritakan sesuatu yang baik, yang dapat menjamin kehidupannya, itu adalah
ide yang bagus.
·
Memberikan jawaban langsung pada
pertanyaan yang diminta oleh siswa.
·
Memberikan kesempatan untuk berpendapat.
·
Memberikan evaluasi.
·
Memberi kesempatan menghubungkan dengan
pengalamannya sendiri.
9.
Bagi
Mursell, mengajarkan digambarkan sebagai “mengorganisasikan belajar”,
sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau bermakna
bagi siswa.
Kapan belajar yang
berarti ? belajar adalah berarti dalam keseimbangan dengan keadaan siswa,
sehingga tugas pelajar adalah memahami hubungan pengetahuan itu sebagai
kesatuan.
Dalam hai ini guru
hanya organisator. Organisator yang baik mempunyai ciri-ciri seperti berikut :
a.
Bukan penguasa yang tak terbatas, ia
tidak membuat keputusan sendiri. Lebih berhasil bila melaksanakan demokrasi.
b.
Seorang organisator yang baik, juga tidak
berbuat atau bertingkah laku sederhana seperti anggota lain dalam kelompok itu,
tanpa hak-hak istimewa ia memiliki kekuasaan khusus dan oeraturan yang khusus
pula.
c.
Membantu anggota kelompok maupun grup itu
sendiri untuk menentukan, merumuskan dan menjelaskan tujuan dari apa yang
dipelajari.
d.
Mewakilkan dan membagi tanggung jawab
seluas mungkin.
e.
Harus berani dan berinisiatif yang
berguna. Organisator yang baik memandang grup dengan kerjanya sebagai potensi
yang membangun.
f.
Selalu membangun kekuatan, jangan
menekankan pada kelemahannya. Dia mempunyai pendapat yang konstan bahwa setiap
orang mampu menyelesaikan pekerjaan, mampu menyumbangkan pikiran, walaupun
kadang-kadang berbeda dengan yang diharapkan.
g.
Memelihara kritik pada dirinya dan
mengevaluasi diri sendiri di dalam kelompok, dimana mereka memiliki keberhasilan
maupun kejatuhan.
h.
Memelihara pengawasan atau kontrol,
karena tanpa pengawasan “kelompok” tidak dapat berfungsi dengan baik.
10.
Waini
Rasyidin, mengajar yang dipentingkan ialah adanya partisipasi guru dan
siswa satu sama lian. Guru merupakan koordinator, yang melakukan aktivitas
dalam interaksi sedemikian rupa, sehingga siswa belajar seperti yang kita
harapkan. Guru hanya menyusun dan mengatur situasi belajar dan bukan menentukan
proses belajar.
v Pengalaman Belajar yang Berkaitan
dengan Teori Belajar Mengajar
Menurut
pengalaman yang saya peroleh selama bersekolah, yaitu sesuai dengan definisi
kilpatrik yaitu menggunakan metode problem solving. Dimana dalam metode
tersebut guru memberikan suatu permasalahan untuk dipecahkan oleh
siswa-siswanya. Dengan begitu guru melatih siswa untuk memecahkan kesulitan
yang dihadapi dalam hidupnya. Dari pengalaman tersebut, saya menjadi lebih suka
untuk memecahkan masalah dengan bertahap. Seperti contoh, dalam menyelesaikan
soal-soal matematika, fisika, dan kimia. Namun yang paling berkesan adalah saat
saya SMA, guru kimia saya selalu memberikan suatu permasalahan-permasalahan
baru yang memacu saya untuk dapat memecahkan masalah/soal tersebut dengan
bertahap dan sesuai dengan aturan dalam penyelesaiannya.
§ Sumber
: Bahan Ajar Mata Kuliah Strategi Pembelajaran PGSD UKSW 2012